Rabu, 11 November 2009

Jawaban Untuk Pertanyaan Vers.1

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang


By. Ika Miming V.S.

spesial: Nmariana


Sungguh
, Tuhan Maha Suci. Setelah sekian lama jeda perjumpaanku dengan seorang teman, kami pun dipertemukan kembali dalam suatu goresan yang sempat membuatku menitikan air mata haru ketika aku membaca tulisan itu. Sepenggal dialogdari kejadian bertahun-tahun yang lalu dan ternyata atas kebesaran Tuhan, dia pun Engaku ingatkan dan pad akhirnya dapat menemukan jawaban itu. Bahkan telah berhasil memberikan suatu kesimpulan.

Mungkin waktu itu, aku pun tidak menyangka... aku yang dikenal teman sebagai seorang yang "aneh" di mata mereka, karena jilbaber yang terkesan nyentrik, hehehe juga bu Neni.... memberikan perntanyaan dan peryataan yang mungkin seharusnya tidak aku lontarkan waktu itu... (siapalah... saya hanya seseorang yang ingin melihat matematika dari sudut pandang lain dan sayangnya waktu itu, saya belum menemukan dosen kami yang mempunyai sudut pandang lain tentang matematika) Mudah-mudahan Bu Neni nanti menjadi salah satu dosen yang mempunyai sudut pandang berbeda tentang matematika.

Memang......
itulah uraian jawaban yang tepat. Dan akupun awalnya mempunyai pendapat demikian. Namun sebenarnya itu belum dari sepenuhnya benar temanku? masih ada hal lebih penting lagi yang harus kita maknai dalam hidup ini. Kita terkadang terpesona oleh apa yang pertama kita lihat. Kita terkadang memandang bagian luar dari apa yang nampak.

Allah adalah Tuhan yang kita yakini sebagai dzat yang Maha Sempurna dan Agung yang tidak dapat kita hitung kebesaran-Nya bahkan dengan perumusan matematika sekalipun. Hubungan antara Tuhan dengan makluknya ataupun manusia dengan makluk ciptaan Tuhan, sungguh dinamis dan penuh ritme kehidupan.














Gambar 1.














Gambar 2


Temanku neni dan siapapun yang membaca tulisan ini, Ma'af sebelumnya kalau apa yang saya sampaikan ini dianggap salah. Mari kita teropong kembali apa yang disajikan temanku, Neni?

Kuadran 1: Apakah kita sudah berada di kuadran terbaik kehidupan kita? Apakah kita sudah memiliki hubungan yang baik denganNya sehingga sumbu y kita positif? Apakah kita sudah memiliki hubungan yang baik dengan orang2 di sekitar kita? dengan lingkungan tempat kita tinggal? dengan alam? sehingga kita layak mendapat nilai positif di sumbu x kehidupan kita?

Kuadran 2: Ataukah kita termasuk orang2 yang hanya mementingkan ibadah2 ritual aja? Merasa bahwa cukup dengan itu kita bisa dekat denganNya? Merasa cukup puas dengan nilai positif habluminallah kita, sumbu y kehidupan kita? Tanpa kita sadari, kita melalaikan hak2 sesama.... Tanpa kita sadari kita mengabaikan lingkungan tempat kita tinggal. Merasa seolah hubungan dengan sesama itu hanya sebatas senda gurau, hanya sebatas hiburan. Tanpa kita sadar, hal itu membuat nilai sumbu x kehidupan kita menjadi negatif. Tahukah engkau saudaraku, mereka bukan senda gurau, mereka diciptakan and didekatkan dengan kehidupan kita bukan tanpa rencana n hanya sebagai penghibur. Mereka ada membawa asmaul Husna di dalam dirinya. Untuk itulah kita juga harus bersungguh-sungguh menjadikan nya positif;)

Kuadran 3: Untuk orang-orang di Kuadran 3 ini, mahasiswa2 ku sepakat menamainya "sampah masyarakat". Hehehe....agak sadis juga mereka kasih istilah. Tapi anda bisa nilai sendiri kenapa bukan?

Kuadran 4: Nah di kuadran 4 ini, banyak juga lho. Or mungkin malah kita salah satunya (Naudzubillahimindzaaliik....). Orang2 yang merasa cukup mendapat "nama baik" di hadapan makhluk. Orang2 yang tanpa sadar meninggalkan Sang Maha, dan merasa puas dengan kehidupan dunianya. Orang-orang yang sumbu x kehidupannya positif dan sumbu y kehidupannya negatif. Apakah kita? apakah kita?

Dari keempat uraian tersebut. Kemudian saya berpikir kembali? Bagaimana tingkat kedekatan manusia dan Tuhan itu diukur? apakah manusia yang hampir tidak lupa menjalankan sholat lima waktu, selalu mengerjakan ibadah puasa sunnah dan rutinitas keagamaan yang lainnya dapat dijadikan ukuran menjalin hubungan baik dengan pencipta??? Bagaimana tingkat kedekatan manusia dan makluk ciptaan Tuhan itu diukur? apakah menyantuni anak yatim, selalu dermawan dan hubungan sosial lainnya dapat dijadikan ukuran menjalin hubungan yang baik dengan makluk ciptaan Tuhan. Dan pada akhirnya saya mendapatkan jawaban, salah satunya dari bpk. Abu Sangkan.

Mari kita pelajari bersama...

Kuadran 1 adalah kuadran yang menunjukkan tingkat tertinggi kedudukan manusia. Namun ada satu hal yang kita lupa bahwa ditingkat ini hanya untuk orang-orang beriman yang IKLAS dan khusyu'. Orang yang melakukan hubungan dengan Tuhan yang sebenarnya(+) dan memandang setiap ciptaan Tuhan adalah sama (+).

Kuadran 2
adalah kuadran yang menunjukkan tingkat kedudukan untuk orang-orang beriman yang sombong. Orang yang berusaha melakukan hubungan dengan Tuhan (+) namun terkadang masih memandang makluk ciptaan Tuhan dengan sebelah mata (-).

Kuadran 3 adalah kuadran yang menunjukkan tingkat kedudukan untuk orang-orang yang benar-benar sombong. Orang yang menganggap bahwa hidup ini tanpa bantuan siapa-siapa (-) dan bahkan meragukan kekuasaan Tuhan (-) .
Naudzubillahimindzaaliik....

Kuadran 4 adalah kuadran yang menunjukkan tingkat kedudukan untuk orang-orang yang munafik. Orang yang kelihatannya baik di pandangan manusia (+) namun ternyata ingkar(-). dan kita pun sangat sulit membedakan orang yang benar-benar taat atau tidak.


Satu hal lagi, Kita terkadang tidak sadar dengan adanya "keterkakuan kita" "kebakuan kita". Padahal kehidupan itu tidak sekaku yang ada. Matahari memang teratur dalam tasbihnya berputar pada porosnya. Namun terlihat oleh kita malah sebaliknya, matahari seakan-akan bergerak mengelilingi bumi. Sungguh Allah Maha Suci.


Ketika kita menjalankan ibadah sholat, Allah seakan ada berada di depan kita namun pada hakekatnya Allah itu sangat dekat dengan kita. Kita memang hanya dapat merasakan dan sungguh Allah sangat berbeda dengan makluk-Nya. Maka kitapun takkan sanggup untuk melihat secara kasat mata. Demikian juga ketika kita memberikan suatu penilain pada seseorang. Meskipun mungkin kita terlihat taat pada Allah. Namun benarkah ketaatan itu memang hadir tanpa ada pamrih satu pun?? Mudah-mudahan Allah senantiasa menjaga hati kita untuk selalu berada dekat dengan-Nya. Ketaatan seseorang hanya Tuhan yang berhak memberikan penilaian. Ini yang sulit untuk kita karena kita hanya mempunyai mata yang penuh dengan keterbatasan. Keterbatasan itu akhirnya mendorong kita untuk memberikan penilain dari luar saja.

Terkait dengan matematika, (klo da yang salah dalam teori ini tolong tunjukkan yach....biar tidak tersesat). Sebelumnya telah kita sepakati bahwa kedudukan sb x adalah representasi habluminannas, dan sumbu y adalah representasi habluminallah. Sekarang mari kita perhatikan gambar 1 dan gambar 2.

Gambar 1 adalah koordinat kartisius yang umum digunakan dimana kedudukan sb x berada pada posisi horizontal dan kedudukan sumbu y berada pada posisi vertikal. Penulisan titik pada kondisi 1 adalah P (x,y)
======> ini menggambarkan bahwa hubungan kita dengan Sang pencipta hanya pada saat kita melakukan sholat. (Tuhan seakan hanya ada di atas)

Gambar 2 adalah koordinat kartisius yang dilihat dari sudut pandang yang berbeda dimana kedudukan sb. x dan sb. y merupakan kebalikan dari kondisi 1. maka penulisan titik pada kondisi 2 adalah P (y,x)
======>ini menggambarkan bahwa hubungan kita pada dasarnya dengan Sang pencipta sama dengan setiap tarikan nafas kita. (Tuhan itu tidak hanya ada di atas saja)


Dari kedua kondisi tersebut maka muncul pertanyaan. Bagaimana kedudukan P pada 2 kondisi tersebut? Apakah P pada kondisi 1 juga P pada kondisi 2?

  • Jika kita hanya memandang pada satu sisi saja hingga kita terlena pada bentuk yang ada maka bisa jadi kita menjawab tidak sama.

  • Namun apabila kita teringat pada mata kuliah yang disampaikan Mr. Nindyo, tentunya jawaban kita akan tetap sama. Suatu titik pada dasarnya mengalami suatu perjalanan panjang dalam suatu proses kehidupan.


Trim's For my friend's, Mariana (neni). You are not forget me..... This is 4 U. Teman, kau memberikan semangat baru untuk belajar kembali. (maklum dulu bandel waktu kuliah).

Semoga kita selalu berada di jalan yang baik untuk mendapatkan kebenaran dan satu hal yang lurus. Amin

Malam Perenunganku
GSP House from Parent's

Tidak ada komentar:

Posting Komentar